Pemanfaatan Artificial Intelligence
- Deteksi atau Diagnosa Penyakit akibat COVID-19 / Virus Corona
Pembacaan hasil
CT scan oleh dokter atau ahli radiologi dapat dikurangi bebannya jika dibantu
dengan implementasi AI. Sejumlah ahli menggunakan suatu dataset yang terdiri
atas 46.000 citra CT dari 106 pasien, dari 26.000 pasien COVID-19 dan lebih
dari 20.000 citra dari 55 kelompok kontrol. Mereka menggunakan jaringan syaraf
tiruan (neural network) bernama UNet++.
Akurasi hasil pembacaannya
mencapai 95,24% per pasien dan 98,5% per citra. Di samping itu, diagnosa
menggunakan AI ini juga mengurangi waktu analisa sebanyak 65%. Di sinilah AI
berperan besar memperbaiki efisiensi diagnosa dan mengurangi beban kerja dokter
serta ahli radiologi.
Dua perusahaan yang telah
mengimplementasikan kecerdasan buatan (AI) untuk diagnosa Corona ini adalah
Infer Vision dan Alibaba. Alibaba mengklaim bahwa sistem mereka mampu mencapai
akurasi 96% menggunakan 5.000 data tes yang telah terkonfirmasi. Menurut
laporan Asian Review dari Nikkei, sistem AI Alibaba ini hanya membutuhkan waktu
20 detik untuk mengambil keputusan diagnosa, sementara seorang dokter normalnya
membutuhkan waktu 15 menit.
- Tracking dan
Analisa Penyebaran Virus Corona / COVID-19 untuk Tindakan Pencegahan
Jika
penyebaran COVID-19 dapat diketahui secara real time maka tindakan pencegahan
yang tepat dapat segera dilakukan. Di sinilah pentingnya suatu kemampuan
prediksi mengenai pandemi (Coronavirus outbreak) dan peran AI yang signifikan
dalam melakukan tracking secara real time.
Cara kerja AI
di sini adalah dengan melakukan data mining dari sejumlah sumber seperti
website, ruang-ruang chatting, pencarian Google, Twitter dan lain sebagainya.
Di sini AI akan berusaha menemukan pola-pola tertentu dari sumber-sumber
tersebut.
Platform
terbesar saat ini untuk menelusuri penyebaran COVID-19 adalah John Hopkins
Dashboard. Platform tersebut melaporkan perkembangan kasus terkonfirmasi dan
kasus kesembuhan pasien virus Corona. Platform lainnya seperti NextStrain yang
menelusuri bagaimana virus COVID-19 ini menyebar dan platform Bluedot yang
memprediksi penyakit-penyakit menular.
Bluedot, sebuah
start up berbasis AI, juga membangun sistem cerdas untuk memprediksi
kemungkinan orang-orang terkena penyakit. Menggunakan analisa big data untuk
memetakan dan mencegah penyakit menggunakan perkembangan teknologi AI terbaru.
Bluedot pernah
memprediksi pandemi SARS yang kemudian terbukti benar. Ia menggunakan NLP
(Natural Language Processing) untuk menelusuri penyakit-penyakit dari seluruh
dunia dengan analisa bahasa yang berbeda-beda dari banyak manusia.
Teknologi
berbasis AI lainnya adalah GIS (Geographic Information Systems). Dalam sistem
ini terdapat dashboard analisa data yang mendata semua studi kasus COVID-19 di
dunia. Sistem ini mendeteksi tempat-tempat di mana orang bercakap-cakap dan
berdiskusi mengenai Corona.
Platform
lainnya dikeluarkan oleh Kaggle. Mereka baru saja mengeluarkan pernyataan bahwa
COVID-19 Open Research Dataset atau CORD-19 baru saja dirilis. CORD-19 adalah
suatu koleksi yang memiliki lebih dari 29.000 artikel ilmiah di mana lebih dari
13.000 artikel full-text mengenai penelitian atau riset-riset atas penyakit
COVID-19, SARS-CoV-2, dan virus Corona terkait lainnya.
Tidak
ketinggalan dari Indonesia. Meski tidak benar-benar berbasis AI, namun karya
ini layak untuk disebut. Adalah Ahmad Alghozy Ramadhan. Ia membuat aplikasi
untuk tracking COVID-19 yang diberinya nama FightCovid19.id.
Seperti ditulis
Dahlan Iskan di blog pribadinya, Ahmad Alghozy menawarkan aplikasi buatannya
ini secara gratis. Ia tawarkan ke mana-mana, namun minim sambutan. Akhirnya,
Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Roesman lewat staf khususnya Prof. Saparudin
berkenan menggunakan aplikasi tersebut di Provinsi Bangka Belitung.
Lewat
aplikasinya itu, semua orang yang masuk-keluar Bangka Belitung, baik lewat laut
dan udara akan terpantau dengan baik. Di bandara atau pelabuhan, mereka diberi
gelang elektronik dan harus men-download aplikasi. Lalu mengisi form.
Setelah itu
mereka akan menerima kode lewat email. Guna kode tersebut untuk melaporkan
kondisi kesehatan mereka. Lewat gelang elektronik yang terkonek ke aplikasi,
maka ketika orang yang kondisi kesehatannya tidak bagus keluar rumah, petugas
di BNPB Provinsi akan tahu. Mereka akan ditelpon untuk ditanyakan kenapa keluar
rumah. Bagi yang melanggar aturan, akan dikenakan sanksi berupa isolasi selama
tiga hari.
- Chatbot Sebagai Alat Bantu Pelayanan Kesehatan
Seperti
yang sudah dijelaskan pada artikel Bagaimana Peran Chatbot Di Tengah Wabah
COVID-19 bahwa chatbot juga dapat berperan sebagai solusi layanan kesehatan
masyarakat. Di tengah kondisi social distancing seperti ini dimana masyarakat
diminta untuk meminimalisir pergerakan diluar rumah guna menghindari dari
paparan virus corona, chatbot dapat membantu masyarakat melakukan pemeriksaan
dini sebelum melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter. Selain itu,
teknologi chatbot juga dapat membantu pemerintah memberantas berita palsu yang
beredar di masyarakat.
Banyak
hal yang dapat dilakukan oleh chatbot untuk membantu tenaga kesehatan untuk
memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat, mulai dari menyediakan F.A.Q.
(Frequently Asked Questions) mengenai COVID-19 hingga memberikan layanan
pemeriksaan gejala lewat teks sebelum melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Selain itu, chatbot juga memberikan informasi terbaru mengenai COVID-19 secara
real-time sehingga masyarakat dapat mendapatkan informasi tersebut secara
mudah.
0 komentar:
Posting Komentar